Industri tembakau di Indonesia telah menjadi salah satu sektor yang cukup besar dalam perekonomian negara. Namun, tren konsumsi rokok di Indonesia telah menjadi perhatian serius dalam beberapa tahun terakhir. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah perokok di Indonesia mencapai lebih dari 65 juta orang.
Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Rokok Indonesia (APRI), Hadi Pramono, tren konsumsi rokok di Indonesia terus meningkat. “Meskipun sudah ada berbagai upaya untuk mengurangi konsumsi rokok, namun faktanya angka konsumsi rokok di Indonesia masih terus naik,” ujar Hadi.
Menurut survei yang dilakukan oleh Global Adult Tobacco Survey (GATS) pada tahun 2018, 61,4% pria dan 2,4% wanita di Indonesia adalah perokok aktif. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi rokok di Indonesia masih cukup tinggi, terutama di kalangan pria.
Dalam perspektif industri tembakau, konsumsi rokok yang tinggi merupakan hal yang positif karena dapat meningkatkan penjualan produk rokok. Namun, hal ini juga menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rokok adalah penyebab utama dari berbagai penyakit kronis seperti kanker, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan.
Menyikapi tren konsumsi rokok di Indonesia, pemerintah perlu meningkatkan upaya untuk mengurangi konsumsi rokok. Hal ini dapat dilakukan melalui kebijakan yang lebih ketat terkait iklan rokok, peningkatan harga rokok, serta edukasi masyarakat tentang bahaya rokok.
Dalam menghadapi tantangan ini, kolaborasi antara pemerintah, industri tembakau, dan masyarakat sangat diperlukan. Hadi Pramono juga menegaskan pentingnya kerjasama antara pemerintah dan industri tembakau untuk menciptakan regulasi yang seimbang. “Kami siap mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi konsumsi rokok di Indonesia,” ujarnya.
Dengan adanya kesadaran akan bahaya rokok dan kerjasama yang baik antara semua pihak terkait, diharapkan tren konsumsi rokok di Indonesia dapat dikelola dengan baik demi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.