Industri manufaktur Indonesia sedang menghadapi dampak dari Revolusi Industri 4.0 yang sedang terjadi. Dampak ini tidak dapat diabaikan, karena akan mempengaruhi berbagai aspek dalam industri manufaktur kita.
Menurut Dr. Ir. R. Hariadi Sasmita, M.Sc., Ph.D., Guru Besar Teknik Industri Institut Teknologi Bandung, Revolusi Industri 4.0 akan membawa perubahan besar dalam cara produksi dan manajemen industri. “Industri manufaktur Indonesia harus siap menghadapi perubahan ini agar tetap bersaing di pasar global,” ujarnya.
Salah satu dampak yang paling terasa adalah otomatisasi dalam proses produksi. Dengan adanya teknologi canggih seperti Internet of Things (IoT) dan robotika, perusahaan manufaktur dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi mereka. Namun, hal ini juga berpotensi mengurangi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
Menurut data dari Kementerian Perindustrian, sektor manufaktur Indonesia telah mengalami penurunan jumlah tenaga kerja sejak tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa otomatisasi sudah mulai diterapkan di berbagai perusahaan manufaktur di Indonesia.
Namun, bukan berarti Revolusi Industri 4.0 hanya membawa dampak negatif. Dengan adanya teknologi baru, perusahaan manufaktur juga memiliki kesempatan untuk meningkatkan inovasi produk dan layanan mereka. Hal ini dapat membantu perusahaan untuk tetap relevan di pasar yang terus berubah.
Dalam menghadapi dampak Revolusi Industri 4.0, perusahaan manufaktur Indonesia perlu terus mengikuti perkembangan teknologi dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja mereka. Hal ini juga sejalan dengan visi pemerintah Indonesia untuk mendorong transformasi digital dalam berbagai sektor industri.
Dengan begitu, industri manufaktur Indonesia dapat tetap bersaing dan berkembang di era Revolusi Industri 4.0. Sebagai negara berkembang, kita harus mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi agar tidak tertinggal di pasar global yang semakin kompetitif.